Awal mula terjadinya
DESA JIKEN
Nama adalah suatu ciri atau suatu indentitas untuk mengingat yang lebih khusus,dengan tujuan mengindentifikasi untuk dimengerti bagi seseorang, benda, suatu tempat atau cita – cita dan harapan.
Pada umumnya nama itu diberikan karena hal – hal yang bersifat menonjol, karena suatu perjuangan,jasa dan sebagainya. Pemberian nama biasanya sebagai anugerah dari seseorang yang yang diambil dari orang-orang yang terpandang,karismatik, berwibawa dan berpengaruh. Predikat itu selalu dilestarikan secara turun temurun dari penuturan satu dengan yang lain. Namun banyak terjadi kejanggalan – kejanggalan / tidak masuk akal dll,karena kejadian itu tidak ada data yang akurat kadang ditemukan situs, prasasti, benda – benda kalsik.itu semua belum tentu benar,namun sudah mendekati kebenaran.
Bagaimana dengan terjadinya atau asal mulanya Desa Jiken dengan bermacam – macam sebutan dukuh – dukuh yang termasuk wilayah yang ada di Desa Jiken adalah sbb;
HILANGNYA PUSAKA KERAJAAN PAJANG.
Pusaka – pusaka tersebut yang dimaksud adalah :
1 | Pusaka Tombak Kyai Korowelang. |
2 | Pusaka Keris Kyai Semburat |
3 | Pusaka Kudi Trantang |
4 | Pusaka Kyai Sapu Jagat. |
5 | Pusaka Pedang Kyai Clengkrong. |
Adapun Pusaka tersebut disimpan dalam sebuah GUCI keramik buatan Cina.
Pada waktu itu Pangeran BENOWO Putra ADIWIDJOYO ( DJOKO TINGKIR atau sebutan lain MASKAREBET ),pewaris kerajaan PAJANG merasa cemas karena kehilangan Pusaka andalan / kekuatan Kerajaan.
Selain itu Pangeran BENOWO mempunyai lima saudara yaitu :
1 | Pangeran Djati Kusumo |
2 | Pangeran Djati Kisworo. |
3 | Pangeran Anom ( Penjaringan ) |
4 | Pangeran Giri Djati. |
5 | Pangeran Giri Kusumo. |
Pangeran DJATI KUSUMO dan Pangeran DAJTI KISWORO mendapat utusan / titah dari Pangeran BENOWO ,untuk mencari Pusaka andalan Kerajaan Pajang tersebut sampai ditemukan. Karena mendapat mandat dari penguasa kerajaan pada waktu itu, keduanya melaksanakan tugas tersebut betapapun beratnya tetap dilaksanakan. Dengan disertai beberapa pengikut,perjalanan dilakukan dengan jalan kaki menuju kearah barat, Sesampainya di bukit Djanjang ( Djanjang artinya tinggi ) sang Pangeran tersebut sementara bermukim bersama dengan pengikutnya.waktu itu masih dalam keadaan hutan belantara. Penyisiran dimulai menuju kearah barat ,kebetulan melewai sebuah sungai yang mempunyai relung ( bhs jawa : Kedung ),karena lelah, sejenak berhenti untuk membasuh tubuh.untuk melaksanakan sholat.
Sebelum melanjutkan perjalanan beliau bersabda yang disaksikan oleh pengikutnya bahwa tempat dimana beliau membasuh muka ( bhs jawa : wisuh ), di namakan “ KEDUNG WISUHAN “ atau disebut “ KEDUNG MASOHAN “.
Dalam melanjutkan perjalanannya kearah barat melihat ada asap api mengepul didekatilah api tersebut ternyata ada orang yang bercocok tanam di tebing ( bhs jawa : Gampengan ) .orang tersebut berada di dalam Baran ( tempat untuk berteduh ) Pangeran serta pengikutnya segera menghampiri,sambil melihat – lihat bila ada Pusaka yang dicari ada disitu.
Orang – orang tersebut menanam pohon Sirih ( bhs jawa : Suruh ) beratus – ratus pohon,daunya untuk dijual keluar daerah,pada umumnya waktu jaman itu setiap orang membutuhkan daun Sirih / Suruh ( untuk nginang bhs jawa ) .Sejenak sang Pangeran bersabda bila nanti tempat tersebut dinamakan “ Dukuh SURUHAN “.
Penyisiran dilanjutkan menuju kearah barat ,setapak demi setapak dilalui melewati semak belukar tebing – tebing yang berbatuan menambah semangat kelompok mereka untuk segera menemukan Pusaka tersebut.Seperti semula disuatu tempat ditemui sekelompok orang bercocok tanam,namum kelompok ini lebih maju lebih baik dari pada yang lain.mereka membajak tanah yang ditarik dua ekor kerbau.rombongan tersebut berhenti sejenak untuk menanyakan Pusaka yang dicari,tapi kecurigaan rombongan pada sebuah batu besar yang berlubang,setelah diperiksa kedalam , namun apa yang didapat, setumpuk padi milik orang tersebut ,Pangeran berpesan pada kelompok orang yang bercocok tanam disitu : bila kelak ditempati / dinakaman “ DUKUH WATULUMBUNG “ ( Watu = Batu / :Lumbung = untuk menyimpan padi ) karena pada waktu itu yang digunakan untuk menyimpan padi adalah sebuah batu besar yang berlubang.
Sebagaimana yang telah diamanahkan penguasa kerajaan pajang ( PANGERAN BENOWO ) kepadanya untuk melaksanakan tugas seberat apapun, tetap dilaksanakan dengan hati tulus dan iklas, masuk hutan belukar,naik tebing, turun tebing,perjalanan dilanjutkan kearah selatan dengan merangkak – rangkak ibarat jari – jari digunakan sebagai penguat tubuh ( bhs jawa : Teken ), disitulah sang Pangeran bersabda yang disaksikan para pengikutnya bila suatu hari besok kalau ditempati orang dinamakan Desa JIKEN,mengapa dinamakan begitu ?,dri J I – te K E N,karena Jari
( bhs jawa : Driji dan KEN diambilkan dari istilah Teken / penguat tubuh ).Penyisiran dilanjutkan kearah barat .apa yang ditemui ?, bukannya tempat yang lapang,bahkan tempat yang berlumpur ( bhs jawa : mbelor ) mbelor artinya Lumpur ,sehingga tempat ini dinamakan : “ MBELORAN “ lama – lama berubah menjadi “ DUKUH MBOLERAN “ ,
Untuk menghindari perjalanan yang amat sulit mereka menuju kearah timur,sang Pangeran menugaskan seorang pengikutnya memanjat pohon yang tinggi untuk melihat kawasan yang tak seberat ini.
Dari atas pohon dapat terlihat tanah yang Balong / lapang,landai akhirnya beliau menamakan “ DUKUH BALONGAN “ ,perjalanan dilanjutkan waktu itu menjelang Dhuhur untuk sholat,mereka berteduh dibawah pohon beringin sambil menikmati makanan yang dibawa “ BONTOT” bhs jawanya,cara membawanya dengan memakai pikulan kayu macam – macam ( bhs jawa “ reno – reno ) selesai Sholat dan makan – makan,kayu yang sebagai pikulan ditinggal dan ditancapkan dan hidup sampai sekarang dinamakan kayu reno.tempat tersebut sampai sekarang masih disakralkan oleh penduduk setempat.
Hampir putus asa mereka untuk mencari pusaka tersebut,maka dengan keputusan mereka dilanjutkan lagi ke selatan.disana ditemui kawasan yang dikelilingi dua sungai,didaerah itu pun tak ditemukan pusaka tersebut.karena ladang / wilayah tersebut diapit dua sungai ( bhs jawa : Kali ) karena tempatnya ditengah – tengah,maka dinamakan “ DUKUH KALITENGAH ”.
Akhirnya kedua pangeran dan para pengikutnya kembali kepemukiman semula,yaitu bukit Janjang,sebelum beliau sampai ditempat tujuan,untuk mengenang perjuangannya dengan banyak rintangan yang dilalui,ibarat Jari – jari (Dri JI ) mereka sebagai penompang tubuh ( te KEN ),bersabdalah beliau,bila kelak,jadi Desa dinamakan DESA JIKEN.
“ WALLAHU ALAM “
Jasa – jasa dari pendahulu kita ( Cikal bakal )selalu dikenang sepanjang masa sebagai tonggak sejarah.
Peninggalan – peninggalan nama tempat sebagaimana uraian pada CERITA TUTUR atau Legenda rakyat yang menjadi kenyataan sebagai sejarah dan data Desa JIKEN;
Desa JIKEN berdiri tahun 1858,termasuk wilayah Asisten Jiken,Kawedanan Cepu / Plunturan istilah lama “ ONDER DISTRIK JIKEN “ Distrik Cepu,Regen sekap / Kabupaten Blora,Karesidenan Jeporo,Rembang, di Rembang yang waktu itu dipimpin oleh seorang Petinggi / Lurah / Kepala Desa sampai sekarang yaitu :
No | N A M A | Petinggi / Lurah / Kepala Desa | Tahun | lamanya |
1 | TIRTOREDJO ( P.TIR ) | Ke Satu | 1858 – 1877 | 30 TAHUN |
2 | PADANG | Ke Dua. | 1877 – 1889 | 12 TAHUN |
3 | CELENG | Ke Tiga. | 1889 – 1893 | 4 TAHUN |
4 | SURO DIWIRYO | Ke Empat. | 1893 – 1905 | 12 TAHUN |
5 | SURO NGADIMAN | Ke Lima. | 1905 – 1917 | 12 TAHUN |
6 | SURO DIRONO | Ke Enam. | 1917 – 1934 | 17 TAHUN |
7 | DJASMANI | Ke Tujuh | 1934 – 1942 | 8 TAHUN |
8 | NGABIYONO | Ke Delapan. | 1942 – 1944 | 2 TAHUN |
9 | NGABIYONO. | Ke Sembilan. | 1944 – 1954 | 10 TAHUN |
10 | KARTO SARDJI. | YMT | 1955 – 1956 | 1 TAHUN |
11 | PARTOREDJO SAMIN | Ke Sepuluh. | 1956 – 1962 | 6 TAHUN |
12 | SOEMADJI | Ke Sebelas. | 1963 – 1988 | 25 TAHUN |
13 | KUSNANTO | Ke Dua Belas. | 1989 – 1997 | 8 TAHUN |
14 | SUMANI | Ke Tiga belas | 1998 – 2006 | 8 TAHUN |
15 | SUMANI | Ke Empat belas. | 2007 – 2013 | 6 TAHUN |
16 | ISTANTI SRI PALUPI W, SH | Ke Lima belas | 2013 – 2019 | 6 TAHUN |
16 | SUMANI | Ke Enam belas | 2019 – skrg | – |
Demikian cerita,tutur terjadinya Desa Jiken
Jiken, tgl. 18 Juni 2024.
Kepala Desa Jiken.
ttd